Kamis, 09 Oktober 2014

Makna Saling Berbagi


Kita sering mendengar dan membaca kata atau tulisan  let’s share and care, yang artinya marilah kita berbagi dan peduli. Hal ini mengandung makna bahwa dalam kehidupan hendaknya kita saling berbagi dan peduli dengan dan kepada orang lain. Berbagi tidak dapat dilepaskan dari peduli. Berbagi dan peduli ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa ahli mengatakan bahwa peduli mengawali langkah dalam berbagi.

Berbagi merupakan sikap yang terpuji. Orang yang senang berbagi berarti ia punya kepedulian terhadap orang lain. Ketika kita punya harta, tenaga dan ilmu, sementara orang lain di sekeliling kita membutuhkan ketiga hal itu, maka sangatlah arif, bijaksana dan pantas bila ketiganya dibagikan kepada orang lain yang memerlukan, terlebih apabila orang lain itu berada dalam kesusahan. Itulah cermin dan wujud kepedulian seorang manusia terhadap manusia yang lain.

Berbagi dan peduli termasuk dua perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai implementasi dari sifat tolong-menolong, dan ini diperintahan Allah swt. dalam Surat Al-Maidah ayat 2: “….Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…”.

Manusia merupakan makhluk yang ditaruh dalam hatinya oleh Sang Pencipta kerinduan untuk senantiasa berbagi. Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Pengorbanan yang paling tinggi adalah dalam bentuk penyangkalan diri, yakni ketika yang dikorbankan adalah harga diri sendiri untuk meningkatkan harga diri orang lain. Disinilah keindahan berbagi daripada sekedar menerima.

Namun, pergeseran paradigma moral saat ini telah membawa keindahan lain yang sifatnya semu, yaitu keindahan dalam mengambil atau menerima bukan untuk memberi. Bahkan, di lain pihak banyak individu saat ini justru mau berbagi dan memberi dengan tujuan demi untuk mendongkrak popularitas diri. Dengan berbagi dirinya menjadi terkenal. Tujuannya bukan karena Allah swt. (ikhlas), tetapi ingin dipuji oleh orang alias ria.

Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya ketika seorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui oleh orang lain. Cukup diketahui oleh orang yang menerima perhatian dan kasih kita serta Sang Khalik yang melihat hati yang tulus untuk berbagi. Terkadang dalam berbagi, iblis berusaha untuk mencari peluang mencuri kerendahan hati kita dengan memberi kepuasan semu yang menjadi kesombongan diri. Berbagi yang dilandasi ketulusan hati akan membawa perubahan yang drastis bagi kedua belah pihak dan komunitas yang ada di sekitarnya.

Berbagi yang dilandasi oleh cinta yang tulus akan membuahkan keserupaan. Seorang konselor keluarga pernah mengatakan bahwa suami istri yang senantiasa berbagi, lama kelamaan akan menunjukkan wajah mereka yang semakin mirip. Mereka yang saling berbagi akan memiliki kepekaan yang tinggi untuk memahami kebutuhan dan keinginan pasangan lainnya. Bahkan dalam aspek spiritual, dikatakan semakin mau manusia berbagi beban, berbagi waktu dan berbagi apa yang dimilikinya untuk sesama dan bagi kemuliaan Sang Khalik, maka sifat-sifatnya pun akan semakin mendekati sifat-sifat Sang Khalik.

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan 1434 H, marilah kita tekadkan dalam diri dan tancapkan dalam hati untuk mengisi bulan tersebut dengan banyak berbagi dan peduli.




Makna Percaya Diri


Pengertian Kepercayaan Diri,,, Dalam bahasa gaul harian, pede yang kita maksudkan adalah percaya diri. Semua orang sebenarnya punya masalah dengan istilah yang satu ini. Ada orang yang merasa telah kehilangan rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya. Mungkin terkait dengan soal krisis diri, depresi, hilang kendali, merasa tak berdaya menatap sisi cerah masa depan, dan lain-lain. Ada juga orang yang merasa belum pede/percaya diri dengan apa yang dilakukannya atau dengan apa yang ditekuninya.

Ada juga orang yang merasa kurang percaya diri ketika menghadapi situasi atau keadaan tertentu. Berdasarkan praktek hidup, kita bisa mengatakan bahwa yang terakhir itu normal dalam arti dialami oleh semua manusia.
Pengertian Percaya Diri
Sebenarnya apa sih yang kita maksudkan dengan istilah pede/perca diri itu?



Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.

Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
Macam-Macam Percaya Diri

Kalau melihat ke literatur lainnya, ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede/percaya diri yaitu ada empat macam, yaitu :

1.       Self-concept : bagaiman Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.
2.     Self-esteem : sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda.
3.     Self efficacy : sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.
4.    Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy (James Neill, 2005)
Berdasarkan paparan tentang percaya diri, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

Akibat Kurang Percaya Diri :
Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan diri rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap sebagai berikut :

a. Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh sungguh.
b. Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang)
c. Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
d. Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
e. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)
f. Canggung dalam menghadapi orang
g. Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan
h. Sering memiliki harapan yang tidak realistis
i. Terlalu perfeksionis
j. Terlalu sensitif (perasa)
Sebaliknya, orang yang mempunyai kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.



Makna Mengejar Mimpi


Kapan terakhir kalinya anda memiliki mimpi-mimpi besar?. Tadi malamkah,kemarin malamkah,atau puluhan tahun silam? Jika baru tadi malam anda menyemai mimpi itu,maka ada baiknya saat ini juga anda focus untuk mendapatkannya. Namun jika sudah lama sekali anda tidak bermimpi , cobalah bangun kembali mimpi-mimpi besar hidup anda. Rangkailah kembali impian-impian itu menjadi sebuah perjalanan yang akan anda wujudkan.Mengingat mimpi-mimpi itu tidak mengenal waktu dan usia.

Mimpi-mimpi yang telah dan sedang anda semai akan menjelma bak topangan pondasi yang banyak menentukan kekuatan dan kesuksesan anda membangun sebuah rumah impian. Mimpi-mimpi besar itu pulalah yang akan memberi energy positif dalam kehidupan dan usaha anda meraih impian-impian itu.

Adalah Eleanor Roosevelt-salah satu president Amerika Serikat- yang pernah berujar bahwa “The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams”.Siapa-siapa yang mempercayai mimpi-mimpi besarnya,seolah-olah ia telah berada di depan pintu kesuksesan itu sendiri. Membukanya adalah sebuah usaha yang dilakukan dengan penuh semangat dan pantang menyerah. Hingga anda bisa menikmati kenyataan atas indahnya mimpi-mimpi itu di dalamnya.

Mimpi besar akan membawa kita pada dua hal penting. Menganggapanya tidak ubahnya sebuah impian menjelang tidur biasa, atau justru menjadikannya energi yang akan menggerakkan anda dalam mencapaiannya. Keputusan anda kemudian adalah meneruskan mimpi itu hingga menjadi kenyataan atau sekedar puas diangan-angan belaka.

Disinilah kemudian dibutuhkan bahan bakar yang anda gunakan untuk mengejar mimpi-mimpi itu. Dan diantara bahan bakar itu adalah : semangat. Semangat ini menjadi sangat penting mengingat mimpi-mimpi itu memang tidak mudah diwujudkan tanpa usaha yang maksimal.Seberapah besarkah mimpi itu akan menjadi kenyataan, sebesar semangat,kemauan dan keinginan anda untuk mwujudkannya.

Penulis memiliki cerita menarik tentang kedasyatan sebuah mimpi ini. Bagaimana sebuah mimpi telah mendorong seseorang melakukan sesuatu yang banyak orang tidak mempercayainya akan berhasil atau menjadi kenyataan,Dengan kata lain, bagaimana sebuah mimpi mampu membakar api semangat untuk melakukan sesuatu yang dipercayai tidak mungkin sekalipun.

Sebutlah namanya Irwan. Berprofesi sebagai seorang dosen di Jakarta dan telah berumur 54 tahun. Meski sudah tergolong tua, namun dia memiliki satu mimpi yang ingin dia wujudkan dalam sisa hidupnya. Dan ini bukan hanya sekedar mimpi biasa, apalagi mimpi disiang bolong. Saya menyebutnya mimpi yang sangat luar biasa. Penggunaan kata-kata luar biasa ini bukan tanpa alasan yang berarti, mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi untuk ukuran mimpinya.. Anda mau tahu apa mimpi sahabat saya ini?ya, mimpinya adalah keliling Jepang dengan bersepeda angin!

Banyak orang yang mencibir bahkan tidak sedikit menganggapnya gila,mengingat usianya itu. Namun tekadnya sudah bulat.Segala usaha ia persiapkan untuk meraih mimpinya.Ia tidak perduli lagi terhadap cibiran dan nada-nada negative dari orang sekitarnya.Yang dia perdulikan hanyalah usaha meraih mimpi-mimpi itu.

Manjadda wa jada! Adalah inspirasi yang turut mempertebal keyakinannya bahwa dia bisa melakukan sesuatu yang diimpikannya selama ini. Dia percaya bahwa senyampang kita berusaha dan percaya atas apa yang kita lakukan,saat itulah tangan-tangan Allah memberi kemudahannnya.Lakukan yang terbaik yang anda mampu dan Allah akan menggenapi kekurangannya untuk kesempurnaan usaha kita.Begitulah ia memberi alasan dibalik aksi “nekadnya “ ini.

Aksi yang beliau lakukan ini bukanlah semudah membalik telapak tangan,ya, tidak semudah itu.Terlebih lagi dilakukan di tengah kondisi musim dingin yang sangat ekstrim tahun ini.Badai salju dan suhu yang merosot tajam sampai minus 20 C. Kondisi ini terjadi pada hampir semua kota-kota yang akan dia lalui.

Memang tidaklah muda untuk melakukan perjalanan jauh di musim dingin semacam ini. Apalagi jika perjalannya dilakukan dengan mengayuh sepeda angin. Kita bisa membayangkan tantangan yang dihadapinya. Tidak saja terpaan angin yang kencang,namun juga jalanan yang dipenuhi salju.Ketidakhati-hatiannya akan berujung pada maut. Resiko yang akan dia hadapai memanglah sangat besar sekali terlebih lagi jika berhadapan dengan badai salju.

Namun dengan semangatnya itulah ia mampu membakar dirinya di tengah kedinginan di sepanjang lorong-lorong yang menghubungkan satu kota ke kota lainnya. Dengan semangatnyalah ia mampu memperpendek jarak ratusan kilometer dalam persepsi-persepsi di benaknya. Dan dengan semangat itulah ia melihat setiap tantangan tak ubahnya sebuah permainan yang harus tepat dan cepat ia selesaikan.

Dan akhirnya iapun memenangkan permainan itu! Manjadda Wa Jadda.
beliau yang tetap semangat untuk mengejar mimpinya meski dingin,tanjakan,turunan,kelaparan,haus membayangi setiap langkahnya. Dari sinilah semangat itu patut kita jadikan salah satu suntikan berarti bagi jiwa kita.


Jarak ratusan kilometer beliau lalui tanpa rasa menyesal sedikitpun.Meski tanjakan dan gunung menghadang didepannya,namun keyakinannya telah menghapus kepedihan itu dengan melihat jalan menurun yang akan segera ia temukan. Sama halnya dengan gelapnya malam bukanlah sesuatu yang harus kita sesali.Mengingat gelapnya malam adalah pertanda baik akan munculnya sinar matahari esok harinya.Dan akhirnya mataharipun bersinar menyambut kemenangannya memperjuangkan mimpi indahnya: Keliling Jepang Bersepeda Angin.




Makna Sebuah Cinta


Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia tersebut
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya. Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.
Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo’akannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita ? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah Cinta …
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi, jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh,
penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat.
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah
mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Seandainya kamu ingin mencintai atau memiliki hati seorang gadis, ibaratkanlah seperti menyunting sekuntum mawar merah. Kadangkala kamu mencium harum mawar tersebut, tetapi kadangkala kamu terasa bisa duri mawar itu menusuk jari.
Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu, hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.
Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehingga kamu kehilangannya.
Pada saat itu, tiada guna penyesalan karena perginya tanpa berkata lagi.
Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya.
Kisah silam tidak perlu diungkit lagi, kiranya kamu benar-benar mencintainya setulus hati.
Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU.
Kemungkinan apa yang kamu sayangi atau cintai tersimpan keburukan didalamnya dan kemungkinan apa yang kamu benci tersimpan kebaikan didalamnya.
Cinta kepada harta artinya bakhil, cinta kepada perempuan artinya alam, cinta kepada diri artinya bijaksana,
cinta kepada mati artinya hidup dan cinta kepada Tuhan artinya Takwa.
Lemparkan seorang yang bahagia dalam bercinta kedalam laut, pasti ia akan membawa seekor ikan.
Lemparkan pula seorang yang gagal dalam bercinta ke dalam gudang roti, pasti ia akan mati kelaparan.
Seandainya kamu dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan alam, tetapi tidak mempunyai
perasaan cinta dan kasih, dirimu tak ubah seperti gong yang bergaung atau sekedar canang yang gemericing.
Cinta adalah keabadian … dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki.
Siapapun pandai menghayati cinta, tapi tak seorangpun pandai menilai cinta karena cinta bukanlah suatu
objek yang bisa dilihat oleh kasat mata, sebaliknya cinta hanya dapat dirasakan melalui hati dan perasaan.
Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan
meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta.
Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak merubahnya menjadi
gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan didalam dirinya.
Kamu tidak akan pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. Namun apabila sampai saatnya itu,
raihlah dengan kedua tanganmu dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya.
Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut kemulut tetapi cinta adalah
anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.
Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai
itulah yang sukar diperoleh.
Jika saja kehadiran cinta sekedar untuk mengecewakan, lebih baik cinta itu tak pernah hadir.

Arti Lagu Thousand Footrutch War Of Change


It's a truth that in love and war
Memang benar dalam cinta dan perang

World's collide and hearts get broken

Dunia bertabrakan dan hati terluka

I want to live like I know I'm dying

Kuingin hidup seolah kutahu aku kan mati

Take up my cross, not be afraid

Kuangkat salibku, tak takut


II
Is it true what they say, that words are weapons?

Benarkah kata mereka, bahwa kata-kata adalah senjata?

And if it is, then everybody best stop steppin'

Dan jika memang begitu, maka mestinya semua orang berhenti melangkah

Cause I got ten in my pocket that'll bend ya locket

Karena ada sepuluh di sakuku yang akan lengkungkan liontinmu

I'm tired of all these rockers sayin' come with me

Aku lelah dengan semua roker ini yang berkata ikutlah denganku

Wait, it's just about to break, it's more than I can take

Tunggu, ini hampir hancur, ini lebih dari yang bisa kutahankan

Everything's about to change

Segalanya segera berubah

I feel it in my veins, it's not going away

Kurasakan di pembuluhku, ia tak mau pergi

Everything's 
about to change
Segalanya segera berubah


It creeps in like a thief in the night

Ia merayap seperti pencuri di malam hari

Without a sign, without a warning

Tanpa pertanda, tanpa peringatan

But we are ready and prepared to fight

Tapi kita siap sedia untuk bertarung

Raise up your swords, don't be afraid

Angkat pedangmu, jangan takut


Back to II

This is a warning, like it or not

Ini adalah peringatan, suka atau tidak

I break down, like a record spinning

Aku ambruk, seperti kaset yang berputar

Gotta get up

Harus bangkit

So back off

Mundurlah

This is a warning, like it or not

Ini adalah peringatan, suka atau tidak

I'm tired of listenin' 

Aku lelah mendengarkan

I'm warning you, don't try to get up

Kuperingatkan kau, jangan coba bangkit


(2x)
There's a war going on inside of me tonight 

Ada perang yang berkecamuk di dalam diriku malam ini

(Don't be afraid) 

(Jangan takut)


Wait

Tunggu

(2x)
It's just about to break, it's more than I can take

Tunggu, ini hampir hancur, ini lebih dari yang bisa kutahankan

Everything's about to change

Segalanya segera berubah

I feel it in my veins, it's not going away

Kurasakan di pembuluhku, ia tak mau pergi

Everything's about to change

Segalanya segera berubah




Makna Lagu Linkin Park What Ive Done


In this farewell,
There is no blood,
There is no alibi,
Cause I’ve drawn regret,
From the truth,
Of a thousand lies,
So let mercy come and wash away…

What I’ve Done,
I’ll face myself,
To cross out what I’ve become,
Erase myself,
And let go of what I’ve done…

Put to rest,
What you thought of me
While, I clean this slate,
With the hands,
Of uncertainty,
So let mercy come,
And Wash away…

What I’ve Done,
I’ll face myself,
To cross out what I’ve become,
Erase myself,
And let go of what I’ve done…

For what I’ve done,
I start again,
And whatever pain may come,
Today this ends,
I’m forgiving what I’ve done…

I’ll face myself,
To cross out what I’ve become,
Erase myself,
And let go of what I’ve done…

What I’ve Done,
Forgetting what I’ve done…
       Sang penyanyi ingin mengucapkan selamat jalan. Bukan pada orang lain yang akan  pergi jauh, tapi kepada dirinya yang ada di masa lalu. Di masa lalu banyak kesalahan yang dilakukan oleh si penyanyi, tapi sekarang ia ingin berubah. Tidak ada lagi yang namanya darah, tidak ada lagi yang namanya dalih. Ia sekarang telah menyesali semuanya itu, menyatakan kebenaran atas kebohongannya selama ini. Hanya pengampunanlah yang dapat menghapuskan kesalahan-kesalahannya itu.

       Sang penyanyi merefleksikan dirinya sendiri, apakah yang telah terjadi selama ini? Ia harus menghadapinya sendirian saja, untuk mencoret setiap akibat yang telah ia timbulkan, bahkan ia harus menghapus dirinya sendiri, dan membiarkan apa yang lalu itu berlalu begitu saja.

       Ia juga meminta kepada orang di sekitarnya untuk mengubah segala pemikiran buruk tentang dirinya di mata mereka. Sungguh hal ini memang tidak mudah, tapi ia meyakinkan kepada mereka semua, walaupun ia sendiri tidak yakin dapat mengubah itu semua dengan tangannya sendiri, karena ia memang membutuhkan sebuah pengampunan untuk menghapuskan semuanya itu.

       Untuk semua yang telah terjadi, ia akan mulai dari awal lagi, dan apapun penderitaan yang akan dialaminya, ia menerima semuanya itu. Ia memulainya dengan mengampuni dirinya sendiri. Karena kita tidak dapat melakukan segala sesuatu, jika kita tidak mengasihi diri kita sendiri terlebih dahulu.



Makkna Lagu Linkin Park In The End


Sebenarnya lirik lagu ini menggambarkan situasi yang sangat tidak nyaman. Lirik lagu ini menceritakan seseorang yang merasa begitu tertekan oleh berbagai tuntutan dari lingkungan sekitarnya, sehingga pada suatu titik ia bahkan menjadi mati rasa. Hidupnya hampa dan sangat melelahkan. Mungkin kita pun sering mengalami situasi kondisi seperti demikian, tak mampu menjadi diri sendiri karena begitu besarnya tekanan dari orang-orang di sekitar yang mengharapkan kita menjadi seperti ini/itu, padahal kita memiliki jati diri masing-masing yang tak mungkin bisa menyenangkan semua orang. Bagi yang sedang mengalami situasi seperti ini, Lirik lagu ini sepertinya mampu mewakili perasaan Anda. Silakan dinyanyikan dengan segenap hati! Hahaha…

I’m tired of being what you want me to be
(aku letih menjadi apa yang kauinginkan)
Feeling so faithless lost under the surface
(tak ada keyakinan, hilang di bawah permukaan)
Don’t know what you’re expecting of me
(entah apa yang kauharapkan dariku)
Put under the pressure of walking in your shoes
(tertekan di bawah baying-bayangmu)
(Caught in the undertow just caught in the undertow)
(terseret arus bawah, telah terseret oleh arus bawah)
Every step that I take is another mistake to you
(setiap langkahku adalah kesalahan bagimu)
(Caught in the undertow just caught in the undertow)
(terseret arus bawah, telah terseret oleh arus bawah)
[Chorus]:
I’ve become so numb I can’t feel you there
(aku menjadi begitu mati rasa, aku tak mampu merasakan kehadiranmu)
I’ve become so tired so much more aware
(aku menjadi sangat letih untuk menyadari)
I’m becoming this all I want to do
(yang kuinginkan hanyalah menjadi seperti ini)
Is be more like me and be less like you
(semakin menjadi diriku dan semakin tidak sepertimu)
Can’t you see that you’re smothering me
(tidakkah kausadari kau sedang mencekikku)
Holding too tightly afraid to lose control
(mencengkeram begitu kuat, takut tak terkendali)
Cause everything that you thought I would be
(sebab semua yang kaupikirkan akan kupikirkan)
Has fallen apart right in front of you
(telah jatuh berserakan dihadapanmu)
(Caught in the undertow just caught in the undertow)
(terseret arus bawah, terseretlah oleh arus bawah)
Every step that I take is another mistake to you
(setiap langkahku adalah kesalahan bagimu)
(Caught in the undertow just caught in the undertow)
(terseret arus bawah, terseretlah oleh arus bawah)
And every second I waste is more than I can take
(dan setiap detik yang kulewatkan lebih dari yang dapat kumiliki)
[Chorus]
I’ve become so numb I can’t feel you there
(aku menjadi begitu mati rasa aku tak mampu merasakan kehadiranmu)
I’ve become so tired so much more aware
(aku menjadi sangat letih untuk menyadari)
I’m becoming this all I want to do
(yang kuinginkan hanyalah menjadi seperti ini)
Is be more like me and be less like you
(semakin menjadi diriku dan semakin tidak sepertimu)
And I know
(dan aku mengerti)
I may end up failing too
(mungkin aku juga mengakhiri kegagalan)
But I know
(namun aku tahu)
You were just like me with someone disappointed in you
(dulu kau pun sepertiku, ada sosok yang mengecewakan dalam dirimu)
[Chorus]
I’ve become so numb I can’t feel you there
(aku jadi mati rasa, aku tak mampu merasakan kehadiranmu)
I’ve become so tired so much more aware
(aku sangat letih untuk menyadari)
I’m becoming this all I want to do
(yang kuinginkan hanyalah menjadi seperti ini)
Is be more like me and be less like you
(semakin menjadi diriku dan semakin tak sepertimu)
[Chorus]:
I’ve become so numb I can’t feel you there
(aku begitu mati rasa, aku tak mampu merasakan kehadiranmu)
I’ve tired of being what you want me to be
(aku sangat letih untuk menjadi seperti yang kaumau)
I’ve become so numb I can’t feel you there
(aku telah begitu mati rasa, tak dapat merasakan kehadiranmu)
I’ve tired of being what you want me to be
(aku lelah menjadi apa yang kauinginkan)


Makna Film Syukur Dan Kufur Nikmat


Masih ingatkah Anda dengan kisah tiga orang bani Israil yang diuji oleh Allah Subhanahu wata’aladengan penyakit yang membuat orang-orang yang di sekeliling mereka merasa jijik? Betul, salah satu di antara mereka berpenyakit belang, kulitnya rusak dan jelek; yang lain kepalanya tidak ditumbuhi rambut sama sekali; dan yang ketiga buta, tidak dapat melihat. Mereka diuji oleh Allah Subhanahu wata’ala dengan kesenangan berupa kesehatan, sembuh dari penyakit yang mereka derita, bahkan diberi-Nya pula kekayaan. Namun, di akhir cerita, orang yang terkena penyakit kulit dan botak dikembalikan oleh Allah Subhanahu wata’ala seperti semula. Adapun yang buta tetap melihat, bahkan kekayaannya diberkahi. Demikianlah yang dikisahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak pernah mendengarnya dari seorang pendeta atau ahli ilmu mana pun. Tidak lain, hal itu berasal dari Allah Subhanahu wata’ala.
Dua orang pertama dikembalikan karena mengingkari kesenangan yang telah mereka rasakan. Itulah akibat mengkufuri nikmat. Adapun orang yang ketiga tetap dengan kesehatan dan kekayaannya. Itulah buah dari rasa syukur. Itulah sunnah Allah Subhanahu wata’ala yang membagi manusia menjadi dua golongan: yang bersyukur dan yang kafir. Tentu saja yang paling dibenci oleh AllahSubhanahu wata’ala adalah kekafiran dan para pelakunya, sedangkan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wata’ala adalah syukur dan orang-orang yang bersyukur. Allah Subhanahu wata’alaberfirman,
إِن تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنكُمْ ۖ وَلَا يَرْضَىٰ لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ ۖ وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ ۗ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ
“Jika kamu kafir, sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba- Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (az- Zumar: 7)
Iman itu terdiri atas dua bagian: syukur dan sabar. Syukur adalah pencarian terbaik orang-orang yang berbahagia. Kedudukannya di dalam agama sangat mulia. Kadang Allah Subhanahu wata’alamenggandengkannya dengan zikir atau dengan keimanan. Bahkan, Allah Subhanahu wata’alamengaitkan adanya tambahan karena adanya syukur, sebagaimana firman-Nya,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)
Allah Subhanahu wata’ala menerangkan pula bahwa mereka yang pandai bersyukur itulah yang mengabdi dengan sebenar-benarnya kepada Allah Subhanahu wata’ala, sedangkan orang-orang yang tidak tahu bersyukur kepada- Nya, tidaklah tergolong orang-orang yang beribadah kepada-Nya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (al-Baqarah: 172)
Semua yang dirasakan oleh manusia di dunia ini tidak lepas dari dua hal. Yang pertama, sesuai dengan keinginan jiwa manusia; dan yang kedua, tidak sesuai dengan jiwanya. Yang pertama bisa berupa kesehatan, keselamatan, kekayaan, kedudukan, dan berbagai kesenangan lainnya. Adapun yang kedua adalah kebalikan atau lawannya. Kedua hal ini diturunkan oleh Allah Subhanahu wata’alake tengah-tengah manusia untuk menjadi ujian bagi mereka. Demikianlah firman Allah Subhanahu wata’ala,
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).” (al-Anbiya: 35)
Artinya, Kami memberi ujian kepada kalian dalam bentuk musibah dan kesenangan, agar Kami melihat siapa di antara kalian yang bersyukur dan siapa yang kafir. Siapa pula yang bersabar dan siapa yang berputus asa. Akan tetapi, sebagaimana kata sebagian salaf yang saleh, “Terhadap ujian berupa musibah, bisa saja seorang mukmin dan kafir itu sabar menghadapinya. Tetapi, tidak ada yang lulus menghadapi ujian yang berujud kesenangan selain orang yang benar-benar jujur dan benar keimanannya (shiddiq).” Sahabat yang mulia, ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, dengan penuh kerendahan hati, tanpa menganggap suci dirinya meski telah dipastikan masuk surga, masih mengatakan, “Kami diuji dengan kesulitan, tetapi kami mampu bersabar. Namun, ketika diuji dengan kesenangan, kami tidak sabar menghadapinya.” Kalau seorang sahabat semulia ini menyadari kelemahan dirinya, padahal beliau memiliki keutamaan yang tidak dapat ditandingi oleh orang-orang yang sesudahnya, bahkan terkenal pula sebagai orang yang dermawan dan zuhud, bagaimana kiranya dengan mereka yang hidup sesudah zaman beliau? Wallahul musta’an.
Untuk menanamkan bagaimana jelasnya hakikat syukur dan kufur, berikut buahnya masing-masing, Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya n sering membuat perumpamaan yang mudah dicerna. Perumpamaan itu kadang berupa kisah yang pernah terjadi di masa lalu. Karena Allah Subhanahu wata’aladan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menerangkannya kepada kita, sudah pasti itu semua adalah benar dan pasti terjadi di alam nyata, bukan dongeng. Bahkan, kisah tersebut sarat dengan pelajaran hidup yang berharga buat mereka yang masih mempunyai hati dan mau mencurahkan perhatiannya terhadap kisah tersebut. Sebagian perumpamaan itu telah diceritakan dalam edisi sebelumnya. Kali ini adalah kiash tentang dua orang yang punya hubungan dekat, yang satu kaya tetapi musyrik, sedangkan yang lain mukmin tetapi miskin. Dari kisah ini kita akan memahami arti syukur dan bahaya mengingkari (kufur) nikmat/kesenangan yang telah dilimpahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala.
Musyrik yang Kaya & Fakir yang Mukmin
Al-Baghawi  rahimahullah dalam tafsirnya menukil dari ‘Abdullah bin al-Mubarak, dari Ma’mar, dari ‘Atha’ al-Khurasani yang menceritakan bahwa dahulu ada dua laki-laki yang melakukan kerja sama. Keduanya memperoleh laba sebesar delapan ribu dinar. Ada juga pendapat yang mengatakan, keduanya adalah dua bersaudara yang mendapat warisan sebanyak itu juga. Kemudian, keduanya membagi rata harta tersebut. Salah seorang dari mereka membeli tanah seharga seribu dinar. Yang lain, demi melihat temannya membeli tanah seharga seribu dinar, berkata, “Ya Allah, Si Fulan telah membeli tanah seribu dinar, maka Aku membeli tanah di surga dari-Mu seharga seribu dinar.” Dia pun bersedekah dengan seribu dinar itu. Lelaki pertama mulai membangun rumah dengan harga seribu dinar, maka lelaki kedua pun berkata pula, “Ya Allah, si Fulan telah membangun rumah seharga seribu dinar, maka Aku membeli rumah di surga dari Engkau seharga seribu dinar.” Lalu dia pun menyedekahkan seribu dinar yang kedua.
Lelaki pertama kemudian menikahi seorang wanita dengan mahar seribu dinar, maka yang kedua berkata pula, “Ya Allah, si Fulan telah menikahi seorang wanita dengan seribu dinar, maka Aku melamar dari-Mu seorang wanita surga dengan seribu dinar,” dan dia pun menyedekahkan seribu dinar berikutnya. Lelaki pertama membeli pelayan dan perabotan dengan seribu dinar. Lelaki kedua mengetahuinya dan berkata, “Ya Allah, si Fulan membeli pelayan dengan seribu dinar, maka Aku membeli dari-Mu pelayan dan perabotan dengan seribu dinar,” lalu dia pun menyedekahkan seribu dinar terakhir. Akhirnya, 4.000 dinar di tangan lelaki kedua itu habis. Dia tidak mempunyai uang sepeser pun untuk memenuhi keperluan hidupnya. Rumah, dia tidak punya, apalagi perabotannya, atau istri dan pelayan yang membantunya mengurusi rumah itu. Usaha atau ma’isyah, dia juga tidak punya. Bangkrut, itulah istilah yang lumrah diberikan kepadanya. Suatu ketika dia berniat menemui temannya, mudah-mudahan dia bisa memperoleh kebaikan dari temannya itu.
Dia pun duduk di jalan yang biasa dilalui oleh temannya. Begitu tiba di hadapannya, lelaki yang kehabisan uang itu berdiri. Lelaki yang pertama, yang telah menghabiskan hartanya untuk membeli tanah, rumah dan seterusnya, berhenti dan menatap orang yang di hadapannya. Dalam keadaan terkejut dia berkata, “Fulan? Ada apa denganmu?” “Betul,” kata lelaki kedua, “Saya ada keperluan mendesak.” “Mana hartamu, bukankah kamu sudah membawa separuhnya?” Lelaki kedua itu menceritakan apa yang dilakukannya selama ini. Lelaki pertama berkata dengan sinis, “Pergilah, aku tidak akan memberimu sepeser pun.” Dalam riwayat lain, disebutkan, bahwa lelaki kedua dibawa oleh yang pertama berkeliling melihat-lihat harta kekayaannya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَابٍ وَحَفَفْنَاهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا () كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ آتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِم مِّنْهُ شَيْئًا ۚ وَفَجَّرْنَا خِلَالَهُمَا نَهَرًا () وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا () وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَٰذِهِ أَبَدًا () وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِن رُّدِدتُّ إِلَىٰ رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنقَلَبًا () قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا  () لَّٰكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا () وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ إِن تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنكَ مَالًا وَوَلَدًا () فَعَسَىٰ رَبِّي أَن يُؤْتِيَنِ خَيْرًا مِّن جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِّنَ السَّمَاءِ فَتُصْبِحَ صَعِيدًا زَلَقًا () أَوْ يُصْبِحَ مَاؤُهَا غَوْرًا فَلَن تَسْتَطِيعَ لَهُ طَلَبًا () وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَا أَنفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا () وَلَمْ تَكُن لَّهُ فِئَةٌ يَنصُرُونَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مُنتَصِرًا () هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلَّهِ الْحَقِّ ۚ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَخَيْرٌ عُقْبًا
Dan berikanlah kepada mereka perumpamaan dua orang laki-laki yang Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma. Di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikit pun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu, Dia mempunyai kekayaan besar, maka dia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.” Dia memasuki kebunnya dalam keadaan zalim terhadap dirinya sendiri; dia berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya. Aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang. Jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebunkebun itu.” Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya—ketika dia bercakap-cakap dengannya, “Apakah kamu kafir kepada (Allah) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Tetapi, aku (percaya bahwa) Dialah Allah, Rabbku, dan aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Rabbku.
Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu, ‘Masya Allah, la quwwata illa billah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).’ Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, maka mudah-mudahan Rabbku akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu; hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin; atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi.” Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedangkan pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata, “Aduhai kiranya dahulu aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Rabbku.” Dan tidak ada bagi dia segolongan pun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya. Di sana, pertolongan itu hanya dari Allah yang haq. Dia adalah sebaikbaik pemberi pahala dan sebaik-baikpemberi balasan. (al-Kahfi: 32—44)
Allah Subhanahu wata’ala memerintah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam membuat tamsil untuk orang-orang kafir Quraisy dan selain mereka. Tamsil itu menerangkan tentang dua orang yang bersahabat. Salah satu dari mereka adalah petani yang kaya raya dengan sawah ladang yang subur dan hasil panen yang berlimpah serta pengikut yang banyak. Yang satunya adalah lelaki miskin, serba kekurangan. Suatu ketika, petani kaya itu memasuki kebunnya bersama temannya yang miskin. Kebun itu dipenuhi anggur dan kurma yang lebat buahnya. Di selasela kebun itu, mengalir sebuah anak sungai yang jernih. Petani kaya itu dengan bangga memerhatikan anggur – anggur bergelantungan dan buah kurma yang berjuntai di tandan-tandannya. Dia pun berkata kepada temannya, “Hartaku lebih banyak darimu, demikian pula pengikutku.” Si Kaya sengaja menyebut-nyebut kekayaan dan kedudukannya untuk membanggakan dirinya, bukan sebagai tanda syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberinya kenikmatan tersebut.1
Si Kaya melanjutkan, “Aku tidak yakin anggur dan kurma yang ada di kebun ini akan berhenti berbuah….” Rasa bangga dengan anggur yang berbuah lebat, daun-daunan yang hijau, air jernih yang mengalir di sela-sela tanamannya, serta kurma yang berjuntai di tandan-tandannya, membuatnya lupa bahwa dunia tidak diciptakan untuk kekal bagi siapa pun, bahkan dia pun tidak pula akan selamanya dapat merasakan lezatnya dunia. Dengan pandangannya yang sempit tentang dunia ini, dia pun berani mengingkari adanya kehidupan di seberang kematian. Dia berkata dengan sombongnya, “Aku pun tidak percaya kiamat akan terjadi. Kalaupun aku mati, pasti aku akan menerima kebaikan….” Menurut dia, andaikata kiamat itu terjadi juga, maka sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala telah memberinya kesenangan hidup selama di dunia, di akhirat pun Allah Subhanahu wata’ala pasti memberinya kesenangan. Anggapan seperti ini hampir merata ada di dalam hati orang-orang yang tidak beriman kepada hari kemudian. Mereka mengira, kalau di dunia sudah merasakan kesenangan, di akhirat juga pasti merasakannya. Atau sebaliknya, di dunia mereka dalam keadaan sengsara, di akhirat juga pasti sengsara. Temannya yang miskin kembali mengingatkan (sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala),
أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا
“Apakah kamu kafir kepada (Allah) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?”
Bagaimana bisa kamu tidak beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala dan hari kebangkitan, padahal Dia telah menciptakanmu dari setetes air yang hina lalu menjadikanmu manusia yang utuh dan sempurna? Dia melanjutkan (sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala),
لَّٰكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا
 “Tetapi, aku (percaya bahwa), Dialah Allah, Rabbku, dan aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Rabbku.”
Meskipun aku miskin dan sangat memerlukan bantuan, aku tidak akan menyekutukan Allah Subhanahu wata’ala dengan sesuatu pun. Aku tidak akan menukar agamaku. Aku memang miskin, harta dan anak-anakku lebih sedikit daripada milikmu, tetapi aku yakin Rabbku (Allah) akan memberi aku lebih baik dari yang diberikan-Nya kepadamu dan menimpakan bencana kepada kebunmu, lalu kamu akan melihatnya berubah, hilang warna hijau dan keindahannya. Atau, airnya menyusut ke dalam tanah, hingga kamu tidak bisa mencarinya. Mengapa kamu tidak mengucapkan,‘Masya Allah, la quwwata illa billah,’ setiap memasuki kebunmu? Bukankah tidak ada satu pun yang dapat memeliharanya selain Allah Subhanahu wata’alal?” Akan tetapi, si Kaya tidak mau memerhatikan nasihat tersebut. Suatu hari, si Kaya itu memasuki kebunnya untuk menikmati pemandangan indah yang ada di sawah ladangnya.
Begitu kakinya memasuki pintu kebun itu, dia terbelalak dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kebunnya hancur. Tidak ada lagi anggur ranum yang bergelantungan ataupun tandantandan kurma yang bernas menjuntai. Bahkan, daun-daun hijau yang menghiasi tanamannya berserakan di atas tanah. Dia pun memukulkan tapak tangannya satu sama lain karena ngeri melihat kehancuran di depan matanya. Saat itu juga dia teringat ucapan temannya, maka dia pun menyesal, “Duhai kiranya aku tidak menyekutukan Rabbku dengan sesuatu apa pun.” Tetapi, penyesalannya terlambat karena kebun itu tidak lagi bermanfaat baginya. Itulah akibat kekafirannya dan tidak bersyukur atas kesenangan yang diperolehnya. Dia menyebutnyebut kesenangan itu hanya untuk membanggakan diri terhadap orang lain, bukan untuk mengingat Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberinya kesenangan tersebut.
Karena kesombongannya itu, Allah Subhanahu wata’ala melenyapkan keindahan kebunkebunnya dan menggantikannya dengan puing-puing serta tumpukan daun, pokok kurma, dan anggur yang tidak ada gunanya. Semua kering, hancur luluh. Itulah perumpamaan yang Allah Subhanahu wata’ala buat untuk umat manusia, baik orang-orang Quraisy yang dihadapi oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam saat itu maupun yang datang setelah mereka dan bangsa lainnya. Sebuah tamsil yang menerangkan keadaan orang-orang Quraisy yang menentang nikmat paling mulia yang dilimpahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada mereka, yaitu diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ke tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri. Mereka diingatkan akan akibat buruk yang akan mereka rasakan jika kekafiran itu terus melekat pada diri mereka. Kemudian, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلَّهِ الْحَقِّ ۚ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَخَيْرٌ عُقْبًا
“Di sana pertolongan itu hanya dari Allah yang haq, Dia adalah sebaik-baik pemberi pahala dan sebaik-baik pemberi balasan.”
Pada hari kiamat nanti, Allah Subhanahu wata’ala hanya akan membela orang-orang yang beriman.
Beberapa Faedah dan Hikmah
Kisah ini mengingatkan kita tentang beberapa pelajaran hidup sebagai berikut.
1. Di dalam hidup ini selalu ada ujian yang silih berganti. Ujian itu tidak hanya berupa kesulitan, tetapi juga kesenangan dan kemudahan. Kisah-kisah orangorang yang terdahulu adalah pelajaran dan peringatan bagi orang-orang yang datang belakangan.
2. Dunia ini manis dan menipu, terkhusus terhadap orang-orang yang lemah iman.
3. Rezeki itu di tangan Allah Subhanahu wata’ala. Dia-lah yang telah menciptakan manusia, sehingga tentu tidak akan membiarkan mereka sia-sia begitu saja.
4. Kewajiban untuk beriman kepada hari kebangkitan/pembalasan, bahwa setiap orang pasti akan datang menemui Allah Subhanahu wata’ala untuk dihisab dan diberi balasan sesuai dengan amalannya.
5. Kekafiran dan kemaksiatan adalah perbuatan zalim terhadap diri sendiri. Keduanya tidak akan menimbulkan mudarat kecuali terhadap diri sendiri.
6. Proses penciptaan manusia mulai dari setetes mani hingga menjadi manusia yang sempurna menunjukkan kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala sekaligus menegaskan keberhakan-Nya untuk menerima peribadatan dari seluruh makhluk-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.
7. Disyariatkan untuk berzikir menyebut nama Allah Subhanahu wata’ala ketika melihat kebaikan dan merasakan nikmat.
8. Kesyirikan dan kemaksiatan adalah sebab rusaknya harta dan hilangnya rezeki.
9. Bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala akan mengundang nikmat yang berikutnya, sekaligus memelihara nikmat yang sudah ada. Wallahu a’lam.